Budiluhur, JAKARTA – Memanfaatkan Hari Ulang Tahun Yayasan Pedidikan Budi Luhur Cakti yang ke-37, Universitas Budi Luhur menggelar program Campus Social Responsibility (CSR) bertajuk “Green Kampung Kamal Project”. Diungkapkan Rektor Universitas Budi Luhur Prof. Suryo Hapsoro Triutomo PhD, “Program ini merupakan salah satu upaya kami dalam mewujudkan misi Tridharma pendidikan serta filosofi Budi Luhur. Pengabdian kami kepada masyarakat sebenarnya sudah dilakukan di sejumlah wilayah. Antara lain di Klaten-Jawa Tengah, Sleman-Yogyakarta, dan saat ini di Kampung Kamal, Cengkareng, Jakarta Barat.”
Program “Green Kampung Kamal Project” sudah digelar sejak September 2015 dan bekerja sama dengan Kelompok Swadaya Masyarakat Nyiur. Program yang direncanakan akan berlangsung selama dua tahun itu, dikatakan Prof. Suryo, akan mengedepankan konsep Sinergi BIG C (Business, Intellectual, Government, Community). “Setiap program CSR Universitas Budi Luhur tentu akan menggunakan Sinergi BIG C,” tegasnya. Lantas, apa saja program “Green Kampung Kamal Project”? Dijawab Kepala Program Studi Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur Putri Suryandari, ST., M.Ars, ada empat kegiatan besar yang sudah dilakukan di Kawasan Kamal ini demi mewujudkan wilayah tersebut sebagai Kampung Wisata Petani Sampah. Pertama adalah program “Rumah Belajar Nyiur Budi Luhur”.
“Pada program itu, kami memberikan edukasi setiap hari minggu kepada anak-anak setempat, usia 4-10 tahun. Mulai dari mengajarkan budi pekerti, kebiasaan mandi dan mencuci tangan, hingga mengenalkan permainan tradisional. Saat ini sudah ada 200 anak yang itu dengan pengajar dari sukarelawan, dalam hal ini mahasiswa dan dosen Budi Luhur serta masyarakat,” papar Putri. Kedua adalah program “Sanitasi Cerdas Berbudi Luhur”. Program tersebut, dikatakan Putri, antara lain membuat jamban, menyediakan air bersih, menghadirkan tanaman obat dan tanaman hias, serta menghadirkan solar panel. Ketiga, program “Bedah Rumah”. Program bedah rumah yang melibatkan mahasiswa teknik arsitek Universitas Budi Luhur itu, ditambahkan Putri, antara lain dengan membedah rumah-rumah Betawi yang tak layak. “Rumah-rumah ini akan dibedah dengan ornamen Betawi sehingga dapat menjadi kampung wisata. Saat ini, sudah ada satu rumah yang kami bedah,” ucap Putri. Keempat adalah program “Klinik Daur Ulang Sampah”. Program tersebut melibatkan masyarakat, terutama ibu-ibu, untuk mengolah limbah sampah menjadi produk yang layak jual. Di antaranya, kerajinan tangan tas, tempat tissu, dompet, vas bunga, dan sebagainya.
Berita ini juga di publish pada mix.co.id